Musik merupakan bahasa universal yang
dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Di dalam musik terjadi proses
komunikasi melalui nada – nada dan lirik yang dirangkai sedemikian rupa
menembus jauh kedalam alam bawah sadar dan menyentuh sisi terdalam
kehidupan kita. Banyak orang yang sangat tergantung dengan musik dalam
menjalankan kehidupannya sehari – hari, tanpa musik segala aktivitasnya
akan terasa hambar. Musik tidak lagi hanya sebagai media hiburan saja,
namun menyangkut aspek kehidupan yang luas, atau untuk pengertian yang
dalam bisa dikatakan sebagai jiwa dari pada kehidupan itu sendiri.
Berbagai macam jenis musik dapat dipilah
berdasarkan suara, nada, ritme, melodi, harmoni, notasi dan
referensinya. Maka dikenallah istilah genre untuk jenis musik tertentu.
Di dalam masing – masing genre musik terkandung subkultur yang terbawa
oleh musik tersebut berupa simbol – simbol, gaya berpakaian, pola
tingkah laku, etika dan ideologi yang ingin disampaikan olehnya.
Subkultur tersebut mengacu pada keadaan sosial tempat dimana musik
tersebut pertama kali lahir dan berkembang.
Oi! adalah genre musik yang terbentuk di
Inggris di akhir tahun 1970-an. Musik Oi! identik dengan para skinhead
yang dulunya pernah mengalami masa kejayaan di akhir tahun 1960-an dan
terkenal lewat spirit of 69-nya. Sebelum kehadiran musik Oi!, para
skinhead pendahulu senang memainkan musik two tone yang mendapatkan
akarnya dari percampuran musik pop, classic reggae, rocksteady dan ska.
Kaum punk dan kulturnya yang popular di kalangan kaum jalanan Inggris
pada tahun 1970-an menenggelamkan istilah skinhead yang lebih banyak
dituding sebagai orang – orang rasis, hingga punk itu sendiri pun
mengalami fase penurunan popularitasnya di akhir tahun 1970-an. Kultur
skinhead yang telah terpecah menjadi beberapa subkultur seperti
suedehead, smoothy, dan boot boys kemudian menyatu kembali bersama kaum
punk generasi baru pada awal tahun 1980-an di bawah bendera musik Oi!
atau streetpunk dengan semangat yang tetap sama, yaitu semangat jalanan.
Musik Oi! memiliki ciri irama yang lurus
dan monoton mirip mars dengan akar musik rock. Lirik – lirik dalam musik
Oi! bercerita tentang sikap anti rasis atau fasis, hidup sebagai
seorang skinhead, protes, sepak bola, bir, sedikit kekerasan dan
beberapa tema cinta dengan kata – kata yang tidak menyayat hati
tentunya.
Oi! adalah musik untuk semua dan semua
orang yang berjalan di jalanan kota dan melihat rendah pada kaum elit
dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari
sebagai budak gaji dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu
merasa berbeda, juga dapat dihubungkan dengan Oi!. Musik Oi! tidak
memandang perbedaan ras, warna, dan kepercayaan. “Oi! music is about
having a laugh and having a say, plain and simple….”
Semangat jalanan yang terkandung dalam
musik Oi! telah menginspirasi banyak anak – anak dari kelas pekerja di
Inggris untuk turun ke jalanan dan menghidupkan kembali kelompok –
kelompok skinhead atau punk mereka. Meskipun demikian, penikmat musik
Oi! ini sangat beragam, dari para Skinhead, Punks, Rude boys, Mods, dan
Herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang – orang yang
menyukai musik Oi! tapi bukan Skinhead atau Punks, mereka hanya orang –
orang biasa yang menyukai musik Oi!. http://id.wikipedia.org/wiki/Oi!
Popularitas musik Oi! sebagai musik kelas
pekerja dan kaum jalanan di Inggris memang tidak bisa dipisahkan dari
kultur – kultur yang membentuk musik tersebut. Hard mods, skinhead dan
punk adalah sejarah dan akar dari terbentuknya musik Oi!. Perpaduan
kultur – kultur tersebut telah melahirkan budaya baru yang dikenal
sebagai budaya street punk. Penganut kultur ini terdiri dari anak – anak
skinhead dan punk. Meskipun demikian tidak semua skinhead memainkan
musik Oi! atau anak punk memainkan musik punk, para skinhead dan punks
di Amerika mendengarkan dan memainkan musik hardcore.
Di Indonesia, genre musik ska yang sempat
menguasai pasar mainstream musik tanah air di tahun 1997-an
memperkenalkan kultur skinhead sebagai kelompok yang menyukai musik ska
dan erat hubungannya dengan para rude boys sebagai kelompok yang menjadi
akar dari musik ska itu sendiri. Genre musik ska mengalami penurunan
popularitas yang drastis di akhir tahun 1999 akibat dari eksploitasi
besar – besaran perusahaan rekaman major terhadap band – band ska di
tanah air sehingga menyebabkan kejenuhan masyarakat. Hilangnya sebuah
trend bukan berarti hilangnya subkultur yang tercipta atau terbawa oleh
trend tersebut. Sepeninggal musik ska, para skinhead di Indonesia apakah
itu sebagai poseurs, trendy wankers atau skinhead sejati semakin
mengenal kultur skinhead sebagai sebuah kultur yang rumit dengan sejarah
mods, hard mods, skinhead, crombie boys, suedehead, smoothy, boot boys
dan hal yang terpenting dari pada itu adalah musik Oi! menjadi musik
yang popular di kalangan skinhead lokal.
Di tahun 1999-an, musik Oi! semakin
menancapkan kukunya di scene musik tanah air. Band – band Oi!
bermunculan di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
dan Malang. Musik Oi! merupakan salah satu dari jenis musik
underground. Tidak semua orang bisa menikmati musik Oi! karena kaset dan
lagu – lagu Oi! beredar di komunitas terbatas. Distro merupakan sebuah
toko dimana orang bisa mendapatkan kaset dan CD dari band – band
underground termasuk band Oi! lokal maupun luar negeri. Informasi –
informasi mengenai band, info dan review kaset atau CD serta publikasi
gigs Oi! diterbitkan melalui fanzine, sebuah majalah minimalis buatan
komunitas musik underground lokal yang juga bisa didapatkan di distro.
Perkembangan musik Oi! di tanah air
sebelumnya telah didahului oleh kultur punk yang memainkan musik
hardcore. Setelah komunitas – komunitas skinhead mulai bermunculan
barulah terjadi pembauran antara komunitas punk dan skinhead lokal
dengan sering diadakannya pertunjukan musik atau gigs yang diadakan
bersama. Perkembangan kultur skinhead dan punk di beberapa Negara telah
melahirkan bentuk – bentuk subkultur baru, namun pada akhirnya mereka
tetap satu sebagai kultur kaum jalanan. Di Indonesia bahkan kaum punk
hardcore, punk Oi!, ataupun skinhead sering diasosiasikan sebagai satu
kelompok, yaitu komunitas street punk.
Perkembangan komunitas – komunitas musik
street punk telah mempopulerkan trend baru di kalangan kaum jalanan di
negeri ini. Di pusat – pusat kota banyak terlihat pengamen yang
berdandan punk dan selalu membawa gitar tradisional kencrung atau
disebut punk kencrung. Keberadaan skinhead dan punk di jalanan kota
mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Kebiasaan minum minuman keras,
perilaku bergerombol dan kekerasan yang sebenarnya merupakan perilaku
alami dari anak – anak kelas pekerja yang tidak puas dengan kehidupannya
semakin menegaskan imej mereka sebagai berandalan jalanan.
Beberapa hal yang perlu dicamkan adalah
meskipun street punk adalah musik kelas pekerja dan kaum jalanan, namun
tidak semua dari orang yang mengenakan simbol – simbol streetpunk bisa
dikatakan sebagai anak punk. Banyak juga dari mereka yang hanya
berdandan punk atau skinhead namun tidak mengetahui asal mula kultur
yang sebenarnya dan melakukan perbuatan kriminal atau berbuat onar.
Simbol – simbol kultur street punk yang khas memang mudah untuk ditiru
oleh siapa saja dan memojokkan kelompok tertentu. Street punk tidaklah
hanya mengenai fashion, musik, atau kekerasan saja. Hal yang terpenting
dari kultur ini adalah idealisme street punk yang membumi dimana sebagai
orang – orang kelas bawah kita tidak boleh selalu rendah diri, bersikap
mandiri, semangat kebersamaaan, dan perubahan untuk terus melangkah
maju ke keadaan yang lebih baik.
Keberadaan dan eksistensi komunitas musik
Oi! street punk sebagai triggers dari lahirnya kultur street punk baik
itu hanya sebagai trend, simbol atau benar – benar sebagai ideologi
hidup telah mendasari pembuatan karya dalam bentuk film dokumenter, yang
nantinya diharapkan dapat menjadi sebuah kontribusi sederhana bagi
masyarakat luas dalam memandang subkultur street punk ini.